budayakan komentar setelah membaca

Rabu, 20 Januari 2010

Kisah Dua Ekor Katak

T.C. Hamlett bertutur tentang kisah dua ekor katak. Dua katak jatuh kedalam sekaleng es krim. Sisi-sisi kaleng itu mengkilap dan curam, sedangkan krimnya begitu dalam dan dingin.

"Oh, bagaimana ini?" kata katak yang pertama. "Ini takdir, tidak ada pertolongan. Selamat tinggal sahabatku! selamat tinggal, dunia yang menyedihkan!" ungkapnya lagi sambil menangis dan akhirnya tenggelam.

Akan tetapi, katak kedua yang juga terjatuh ke dalam sekaleng es krim itu langsung mengayuhkan kakinya untuk berenang. Sesaat dia menyeka wajah dan mengeringkan matanya yang penuh krim. "Paling tidak, aku akan berenang sejenak" katanya. "Tidak akan membantu dunia jika satu katak lagi mati".

Satu atau dua jam dia menendang dan berenang, tidak sekalipun dia berhenti untuk mengeluh. Tetapi terus menendang dan berenang serta berenang dan menendang. Kayuhan kaki si katak kedua ini, akhirnya membuat es krim yang ada di dalam kaleng tersebut lambat laun mulai mengeras. Setelah es krim itu mulai berubah seperti mentega, katak itu pun lalu melompat.

Satu hal yang membedakan dua katak dalam kisah di atas adalah cara pandang mereka terhadap dunia di sekelilingnya dan bagaimana mereka bersikap terhadap hambatan yang terjadi. Salah satu unsur penting yang kita perlukan untuk memecahkan masalah-masalah yang ada disekitar kita, baik itu pekerjaan, masalah keluarga, maupun problema pribadi adalah bagaimana kita memandang masalah tersebut.

Cara pandang ini sangat dipengaruhi oleh informasi apa yang selama ini secara terus menerus masuk kedalam pikiran kita. Jika selama ini informasi yang masuk ke dalam pikiran, baik melalui bacaan, obrolan, perenungan maupun tontonan adalah hal-hal yang sifatnya memotivasi diri, maka orang tersebut cenderung untuk mengambil hikmah terhadap permasalahan yang terjadi sehingga membuatnya lebih optimis. Lain halnya jika yang masuk ke dalam pikiran adalah informasi-informasi yang cenderung melemahkan diri, informasi negatif tentang orang lain, bacaan yang didominasiroman picisan dan sebagainya. Hal ini tentu akan sangat mempengaruhi dirinya untuk memandang secara pesimis terhadap permasalahan yang terjadi.

Bila kita telaah lebih dalam, sesungguhnya hanya lewat cara pandang yang positif seseorang dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan baik atau tidak. Orang yang memiliki cara pandang positif pada umumnya sangat alergi dengan urusan pamrih atau imbalan. Baginya, menyelesaikan pekerjaan adalah the way of life (cara hidup) bukan how to life (bagaimana hidup). Mereka memiliki cara pandang demikian, apa pun tugas yang diberikan akan diyakini sebagai amanah yang harus dijalankan dengan sungguh-sungguh. Mereka memiliki cara pandang tersendiri terhadap dunia di sekelilingnya sehingga tidak berharap orang lain perlu dan harus memandangnya. Bagi mereka, menyelesaikan pekerjaan bukan untuk dilihat oleh orang lain dan bukan pula untuk meraih bendera kemenangan atau meraih kedudukan tertentu.

Jadi mari kita kembangkan optimisme kita mulai hari ini untuk memaknai arti hidup. Optimisme yang sesungguhnya adalah menyadari masalah serta mengenali pemecahannya. Mengetahui kesulitan dan yakin bahwa kesulitan tersebut dapat diatasi. Melihat yang negatif tetapi menekankan yang positif. Menghadapi yang terburuk, namun mengharapkan yang terbaik. Mempunyai alasan untuk mengerutu tetapi memilih untuk tersenyum.

"Ketika kita memandang permasalahan dan beban itu berasal dari kita, justru pada saat itu sebenarnya kitalah yang sedang bermasalah". Sedangkan pepatah Cina mengatakan, "Daripada mengutuki kegelapan lebih baik ambil sebatang lilin dan nyalakan". (Stephen Covey)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar